Kamis, 17 Juni 2010

KEBANGKITAN NASIONAL MOMEN KEBANGKITAN PEMUDA

Oleh : Malyadi

Setiap tanggal 20 Mei Bangsa Indonesia selalu memperingati Hari Kebangkitan Nasioanal. Kebangkitan Nasional adalah masa bangkitnya semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama masa penjajahan 350 tahun. Kebangkitan nasional pada waktu itu ditandai dengan dua peristiwa penting, yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei1908) dan Ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli.
Tokoh-tokoh kebangkitan nasional, antara lain: Sutomo, Gunawan, dr. Tjipto Mangunkusumo, Suwardi Suryoningrat (Ki Hajar Dewantara), dr. Douwes Dekker, dll. Selanjutnya pada 1912 berdirilah partai politik pertama Indische Partij. Pada tahun ini juga Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (Solo), KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah (Yogyakarta) dan Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera di Magelang.
Kebangkitan Nasional, yang dipelopori oleh Boedi Oetomo sejatinya mengajak segenap elemen bangsa khusunya para pemuda untuk kembali menengok ke dalam diri sendiri, menggali potensi, menguak kedigdayaan yang dimiliki oleh bangsa ini untuk terlepas dari segala bentuk penindasan, kesewenang-wenangan, ketidakadilan serta penistaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang dilakukan oleh para penjajah. Dalam era transpformasi ini harus di sadari bahwa penjajahan tidak lagi dilakukan dengan menggunakan senjata tetapi dilakukan dalam bentuk penjajahan ideology, social dan ekonomi yang efekya menimbulkan sifat konsumtif dalam masyarakat Indonesia.
Bangsa ini telah lama terlelap dalam tidur panjangnya disertai serangkaian mimpi buruk tentang kegamangan hidup, ketidakpastian masa depan serta kekerdilan di bawah belenggu penjajahan yang kian mengakar di era millennium ini. Boedi Oetomo memberikan spirit bagi manusia Indonesia yang mempunyai akal guna berfikir menggerakkan bangsa ini guna membangun negeri, membangunkannya dari tidur panjang untuk bangkit dan melawan segala bentuk penindasan dan kesewenang-wenangan, sehingga bangsa ini benar-benar dapayt terbebas dari penjajahan di segala sendi kehidupan yang akan datang.
Ibarat kata pepatah, “Roma tidak dibangun dalam satu hari”. Ternyata perjuangan Boedi Oetomo membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk menuai hasilnya. Karena, bangsa Indonesia baru benar-benar terbebas dari penjajah dan memroklamirkan diri sebagai bangsa yang merdeka 37 tahun kemudian, yakni pada 17 Agustus 1945. Sebuah penantian panjang yang melelahkan. Tetapi ironisnya kemerdekaan Indonesia hanya secara fisik tetapi tidak secara moril, memang secara defacto dan de jure Negara kita merdeka namun selalu dalam tekanan pihak asing.
Kebangkitan nasional hendaknya harus dipahami secara mendalam khususnya oleh para pemuda, dalam konteks ini yang saya maksud adalah pemuda-pemuda yang ada di Kabupaten Banyuasin. Kebangkitan nasional harus di isi dengan kegiatan yang positif yang sifatnya dapat bermanfaat bagi masyarakat. Kaum muda jangan terlena dengan kemajuan tehnologi canggih seperti HP Blacbery, Face Book, Fokker yang dewasa menimbulkan sifat konsumtif dan malas dikalangan pemuda.
Kita semua tahu bahwa pemuda dalam tiap masa selalu menjadi tulang punggung sebuah perubahan. Apakah itu perubahan menuju lebih baik atau sebaliknya. Pemuda dalam definisi sosial adalah generasi antara umur 20–40 tahun (atau 18-35 tahun dalam referensi lain). Dalam kajian ilmu sosial, puncak kematangan peran publik seorang manusia ialah antara umur 40-60 tahun. Dari perbandingan di atas, kita dapat menyimpulkan, bahwa pemuda adalah penerus generasi sebelumnya untuk masa yang akan datang (Salam : 2007).
Al-qur’an juga dengan jelas mengabadikan keunggulan personal pemuda yang mempunyai sifat qowiyyun amiin (kuat dan dapat dipercaya), hafiidzun aliim (amanah dan berpengetahuan luas), bashthotan fil ‘ilmi wal jism (kekuatan ilmu dan fisik), ra’uufun rohiim (santun dan pengasih). Sifat-sifat unggul tersebut merupakan potensi besar, yang menumpuk pada individu pemuda, dimana masyarakat sangat mengharapkannya.
Untuk kedepanya, pemuda di Banyuasin harus mampu tampil menjadi The rising star dalam pembangunan di segala bidang guna membangun Bumi Sedulang Setudung ini bukan hanya diam dan menjadi Dewan Plantaran saja (istilah dusun urang banyuasin, dewan pelantaran ialah hanya bisa berbicara lantang bersama kawan-kawan ditempat bersantai tetapi tidak berani mengaplikasikan konsep secara nyata dilapangan). Pemuda Banyuasin harus bangun dari tidur panjang guna turut dalam pembangunan.
Kabupaten Banyuasin kedepan butuh sosok tokoh-tokoh pejuang muda yang benar-benar handal dan teruji dalam membangun bumi sedulang setudung ini bukanya pecundang-pecundang yang mengatas namakan kepentingan masyarakat. Banyuasin butuh sosok tokoh yang mampu bersaing dalam kancah regional maupun nasional seperti kejayaan dimasa lalu, seperti tokoh-tokoh yang mampu memperjuangkan terbentuknya kabupaten banyuasin ini beberapa tahun yang silam.
Pemuda banyuasin dalam mengisi semangat kebangkitan nasioanl harus belajar banyak dari sosok tokoh pemuda yang ada di Indonesia. Salah satunya seperti anas Urbaningrum yang mampu memenangkan posisi ketua umum dalam konvesi partai demokrat (23/05). Kemenangan Anas Urbaningrum dalam konvensi Partai Demokrat yang mampu mengalahkan sainganya seperti marzuki ali setidaknya merupakan spirit baru bagi kaum muda banyuasin untuk semakin optimis alias percaya diri menatap hari esok dengan terus berjuang dan berkarya di lapangan.

*Sekretaris Karang Taruna Desa Lubuk Karet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar