Senin, 15 Maret 2010

Sekdes PNS Bakal Bentuk Forum

Ide cemerlang timbul dari sekretaris desa (sekdes) berstatus PNS di Kecamatan Betung. Mereka berencana membentuk suatu forum yang anggotanya berisikan para sekdes yang kini sudah menjadi pegawai negeri.
Ide tersebut tertuang ketika para sekdes ini secara tidak sengaja berkumpul di Kantor Camat Betung, mereka berinisiatif untuk membentuk forum sebagai wadah pembangunan diseluruh desa di Kecamatan Betung.
Sekdes Tanjung Laut Suharman kepada Harian Banyuasin, bahwa rencana membentuk forum ini sudah lama tercetus, namun belum dibicarakan lebih lanjut karena kesibukan para sekdes sendiri.
”Lalu, secara kebetulan kami berkumpul di kantor camat dan saling membicarakan kemajuan desa dan rencana pembangunan kedepan, dan secara tidak sengaja juga banyak sekdes dari desa lain yang memberikan ide, lalu kami berpikir kenapa tidak disatukan saja semua ide ini didalam suatu forum,” ujar Suharman, kemarin.
Kebetulan, semua sekdes saat itu juga setuju, dan sepakat untuk membentuk forum. Namun, pembentukannya sendiri masih menunggu kesepakatan antara sekdes di desa lain.
”Kita juga akan membicarakan dengan sekdes didesa lainnya, yang jelas saat ini ada 5 sekdes yang sudah setuju, yakni Lubuk Lancang, Durian Daun, Lubuk Karet, Tanjung Laut dan Sri Kembang. Sekdes lainnya sedang kita lobi untuk mewujudkan forum sekdes ini nantinya,” tambah Suharman.
Sementara, Sekdes Lubuk karet Abdul Manaf menegaskan, bahwa rencana pembentukan forum ini murni untuk mendorong pembangunan dan saling berbagi info dan triks untuk menyukseskan pembangunan, bukan sebagai media politik.
”Kita juga menegaskan status sebagai PNS sebagai pejabat yang netral, jadi tidak ada unsur politis dari pembentukan forum ini nantinya, murni untuk saling berbagi dan sharing saja,” tambah Manaf.
Kemudian, forum ini juga bukan sebagai ajang persaingan kepada forum kades yang sudah lama terbentuk. ”Karena, kades dan sekdes adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, yakni suatu susunan yang bertugas memberikan pelayanan kepada publik, itu tujuan utamanya,” beber Manaf. (fan)

Lagi, 20 Motor Terjaring Razia

Pihak Pospol Betung bekerjasama dengan Polsek Betung dan Pospol Betung kembali menjalankan razia disepanjang jalan palembang-Jambi dan Palembang-Sekayu. Hasilnya cukup memuaskan, tidak kurang 20 kendaraan roda dua atau motor terjaring lantaran tidak memiliki dokumen kepemilikan.
Dijelaskan Kapospol Betung, Aiptu P Siahaan kepada Harian Banyuasin, 20 motor tersebut didapatkan timnya saat melakukan razia di Simpang Tebanan Jalan Sekayu dan depan Pospol Musi Indah pada Sabtu (13/3) sekitar pukul 01.00 WIB sampai pukul 04.00 WIB.
”Kita rutin melakukan razia meneruskan perintah dari Mapolsek Betung, dan kita pusatkan di 2 jalur yang cukup rawan tindak curanmornya, seperti di Jalan Sekayu dan Jalan Jambi, syukur hasilnya tidak mengecewakan, karena kita sukses mengamankan setidaknya 20 motor tanpa dokumen, seperti BPKB dan STNK, serta motor jambrong yang kita duga hasil dari curanmor,” ujar Siahaan.
20 motor tersebut dibawa ke Pospol Betung yang terletak di simpang tiga Betung, motor itu diamankan sembari menunggu pemiliknya guna membawa dokumen resmi kepemiilikan sepeda motor tersebut.
”Kita tidak serta merta menahan motor-motor ini tanpa alasan, karena jika pemiliknya bisa menunjukkan bukti kepemilikan motor seperti BPKB dan STNK, tentu akan kita kembalikan, itu komitmen kita dari awal,” tambahnya.
Sementara, Kapolsek Betung AKP Daswir Pasaribu SH didampingi Kanit Reskrim bangga atas kinerja Pospol Betung dan jajarannya yang rutin melakukan razia tersebut.
“Razia sepeti ini sudah memasuki bulan kedua, dan masih saja kita temui warga yang mengendarai motor tanpa membawa dokumen seperti STNK atau SIM, kita takut ini hasil curian atau tindakan curat/curas, jadi kita amankan untuk diproses, dan dibawa ke Pospol,” jelas Daswir, kemarin.
“Motor sudah ada yang mengambilnya, kalau tidak salah sudah 2 unit, itu juga kita minta bukti kepemilikan motor tersebut, seperti STNK atau BPKB, sekaligus mereka membuat surat perjanjian untuk mematuhi ketertiban yang ada. Kita tidak mempersulit jika ada warga yang mau mengambilnya, apalagi kita menerapkan untuk tidak memungut biaya sedikitpun,” tambah Daswir.
Daswir juga menambahkan, total sudah 85 motor terjaring razia yang dilakukan jajarannya sejak 19 Januari 2010 hingga saat ini.

”Ini razia resmi yang dilakukan anggota kita, ada beberapa titik razia yang rutin kita lakukan setiap malam, seperti di simpan tebenan kelurahan betung Jalan Palembang-Sekayu, depan Pospol Musi Indah Jalan Palembang-Jambi, simpang tiga betung, didepan Mapolsek Betung dan di simpang pulau rimau,” beber Daswir.
Atas hasil dari razia ini, Daswir cukup menggembira dengan banyaknya motor yang tejaring, juga ada beberapa warga yang kebetulan mengendarai sepeda motor dalam keadaan mabuk, dan warga lainnya yang membawa sajam. (fan)

KT Lukar Somasi Guest House Adly

Tidak hanya mengundang protes masyarakat Desa Lubuk Karet Kecamatan Betung, aksi penggebrekan pasangan mesum di penginapan Guest House Adly juga memantik respon dari organisasi kepemudaan setempat.
Ya, Karang Taruna (KT) Lubuk Karet, Sabtu (13/3) kemarin memberikan somasi kepada penginapan yang berada di Dusun Sedongkok tersebut. Somasi tersebut dalam bentuk surat peringatan yang diberikan KT Lukar kepada pemilik Guest House Adly, Leti.
Ketua KT Lukar, Dedi Wardoyo melalui Sekretatis Malyadi mengatakan, bahwa pihaknya sudah menyerahkan surat peringatan tersebut sebagai bentuk kekecewaan atas kinerja dari penginapan bertipe melati tersebut.
“Ya, kami kecewa karena penginapan tersebut dijadikan tempat mesum. Terbukti dengan penggebrekan terhadap pasangan Su dan Fet beberapa waktu yang lalu, kita berharap kejadian ini tidak terulang lagi hingga mencoreng nama baik desa sendiri,” ujar Malyadi.
Sebagai salah satu pemuda, dia merasa risau dengan keberadaan penginapan yang bisa merusak moral anak-anak muda di Desa Lubuk Karet. Maka dari itu, dalam surat peringatan itu diminta pihak pengelola penginapan tidak menerima tamu yang tidak terjalin tali pernikahan.
”Kami cukup terpukul, karena peristiwa itu secara tidak langsung membawa aib untuk Desa Lubuk Karet. Kita juga meminta pihak penginapan selektif dalam menerima tamu, seperti menunjukkan KTP, surat nikah. Kita juga mengantisipasi pendatang di Lubuk Karet, siapa tahu ada teroris yang masuk kesini,” sambungnya.
Sementara, pengelola Guest House Leti mengatakan bahwa dia berjanji akan mematuhi aturan yang ada, termasuk pasangan yang belum menikah untuk menginap di Guest House.
”Ya, kita akan selektif, kejadian itu murni kesalahpahaman saja, kedepan kita akan memperbaiki pelayanan di Guest House ini,” tambahnya.
Sementara, Kades Lubuk Karet Hakim Zainuddin menyambut baik adanya upaya perbaikan yang dilakukan pihak pengelola. Terlebih lagi, kejadian penggebrekan menjadikan Lubuk Karet menjadi sorotan publik beberapa hari terakhir.
”Syukur kalau sudah ada upaya dari pihak sana, kita dari perangkat desa juga akan mengawasi penginapannya,” pungkas Hakim. (fan)

Waspada Isu Terorisme

Lagi-lagi kita beberapa minggu ini disuguhi sebuah drama yang luar biasa dahsyatnya, dimana dalam drama tersebut demikian mudahnya melakukan penghakiman terhadap sekelompok orang bersenjata ini dengan sebutan teroris. Hanya karena ditemukan beberapa barang yang diduga milik kelompok bersenjata tersebut terkait dengan simbol-simbol Islam (misalnya buku-buku Islam dan atribut pakaian koko dll), dan ditangkapnya beberapa orang dari luar Aceh yang terlibat. padahal belum tentu kebenaranya dan belum dapat dibuktikan secara hokum, padahal dalam hokum kita sendiri menganut azaz praduga tak bersalah.
Para pengamat juga tidak mau ketinggalan ikut menabuh genderang “analisis” yang tidak jarang sangat prematur, berdasarkan sangkaan dan dugaan semata-mata, tapi seolah sepakat untuk membenarkan keterkaitan kelompok ini dengan jaringan Jama’ah Islamiyah bahkan jaringan al Qoidah, apalagi munculnya blok di internet pengakuan tandzim al Qaidah Aceh (yang sulit di verifikasi kebenarannya), dan menyematkan kepadanya tentang potensi ancaman terhadap keamanan Indonesia bahkan untuk keamanan Selat Malaka.
Anehnya Ketika kasus “skandal century” mencapai antiklimak melalui sidang paripurna DPR (3/3/2010), isu terorisme muncul lagi dan memegang estafet. Peristiwa ini mencuat dipermukaan sejak media memberitakan upaya penggerebakan kelompok bersenjata yang tengah mengadakan latihan militer di pegunungan Jalin, Jantho, Aceh Besar yang diduga berlangsung sejak September.Dan penggerebekan tersebut dilakukan pada Senin malam, 22 Februari lalu. Dan jaringan kelompok ini sempat terendus di Pancal dan Saree (lembah Seulawah-Aceh besar), polisi mengaku menangkap sejumlah orang dari dua tempat ini yang kemudian di boyong ke Jakarta.
Bagi Masyarakat Aceh sendiri isu teroris ini masih menjadi kontroversi besar, dan tentunya menjadi suatu yang ganjil, karena dalam kamus sejarah perjuangan Aceh tidak pernah mengenal adanya teroris, bila mereka mengenal istilah teroris pasti banyak tentara Indonesia yang tewas akibat bom bunuh diri saat TNI melakukan operasi militer saat perang aceh beberapa tahun lalu. Maka ini melahirkan tanda tanya dan pro-kontra, dimana masyarakat kembali di hadapkan pada situasi dan kondisi yang tidak nyaman dengan sweeping dibanyak tempat dan ini membangkitkan trauma masa lalu selama konflik. Komite Peralihan Aceh (KPA) wilayah Pase melalui juru bicaranya Dedi Syafrizal dalam jumpa pers di kantor Partai Aceh Lhokseumawe (1/3), menilai bahwa pemberitaan adanya gerakan terorisme di Aceh merupakan isu murahan (Harist : 2010).
Kembali di jelaskan oleh Harist, Bahkan dinilai tidak rasional jika ada teroris yang muncul di Provinsi Aceh. Berita bahwa adanya gerakan teroris di Aceh sangat tidak berdasar. Ini diduga hanya sebuah rekayasa oleh oknum tertentu untuk kepentingan kelompok maupun pribadi. Kondisi itu seperti sudah direncanakan bukan terjadi dengan tiba-tiba. Malah setiap pergerakan membuat warga sipil mendapat musibah. “Kami mengklaim bahwa tidak ada gerakan teroris di Aceh umumnya dan Aceh Utara khususnya. Apalagi ada informasi sudah berada di Aceh sejak tahun 2005. Ini sangat tidak dapat diterima oleh akal sehat. Kami menilai ini hanya kerjaan orang-orang yang tidak menginginkan Aceh tetap damai (Harist : 2010).
Pada titik inilah, umat Islam di Indonesia harus memahami dan waspada upaya-upaya mendiskriditkan Islam dan umatnya. Sebagai umat islam kita harus belajar dari banyak pengalaman yang menimpa Negara-negara muslim lainya seperti Irak, afganistan yang terkoyak-koyak sebagai sebuah bangsa yang berdaulat. Apalagi kita masyarakat banyuasin yang berada dititik geografis yang strategis, dapat dipastikan banyuasin merupakan daerah transit yang nyaman bagi pendatang.
Terkait dengan isu terorisme, perlu kita pahami beberapa hal sebagai berikut;
Pertama; terorisme adalah sebuah isu dan menjadi proyek global AS pasca peristiwa Sebelas September untuk melakukan penjajahan di negeri-negeri kaum muslimin yang memiliki potensi strategis untuk kepentingan kapitalis global dimana pemerintah AS menjadi pengusungnya.
Kedua; Indonesia bagian dari dunia Islam yang memiliki nilai strategis dari berbagai aspek. Baik demografi maupun SDA (sumber daya alam) dan geopolitik dikawasan Asia pacifik maupun didunia Islam. Indonesia menjadi salah satu basis langkah kontra terorisme (yang secara tegas menempatkan Islam dan kelompok-kelompok yang dianggap radikal dan fundamentalis sebagai obyek proyek kontra teroris) dan kelompok ini dianggap sebagai sebab pemicu munculnya tindakan terorisme.Lebih dari itu,kelompok ini dipandang sebagai potensi ancaman terhadap eksistensi kapitalisme global yang di usung AS.
Ketiga; Isu terorisme terbukti bagi AS di dunia Islam khususnya Indonesia mampu menciptakan keterbelahan di antara kaum muslimin. Umat Islam di adu domba dengan katagori-katagori serta pengelompokan; Islam moderat-fundamentalis dsb.
Keempat; isu terorisme akan terus diusung dan menjadi perhatian penguasa negeri ini (yang terjebak dalam proyek global AS), sampai terget pembungkaman seluruh komponen Islam yang dianggap mengancam eksistensi sekulerisasi dan liberalisasi betul-betul bisa di bungkam.
Kelima; dalam konteks kekinian, isu terorisme terbukti menguntungkan pihak-pihak tertentu keluar dari problem politik “century gate” dan delegitimasi kekuasaan yang ada.Dan menjadi alasan Indonesia meminta kembali kerja sama liliter dengan AS karena telah menunjukkan komitmennya terkait pengelolaan dan penanganan isu terorisme ini.
Keenam; isu terorisme hakikatnya salah satu strategi penjajahan AS untuk terus bertahan di dunia Islam.Tentu dengan bantuan dan loyalitas daripenguasa-penguasa negeri kaum muslimin yang berkhianat kepada umat Islam.Karena terbukti Islam dan kaum muslimin menjadi korban.
Mari kita perkuat persatuan jangan sampai bangsa kita terpecah belah seperti saat zaman penjajahan belanda dengan politik devide et empirenya beberapa abad yang lalu yang mengoyak-ngoyak kemerdekaan bangsa kita yang berdaulat. Banyak hal hal yang harus kita lakukan untuk membangun bangsa ini, isu murahan yang memecah belah bangsa jangan diperdebatkan dan dijadikan polemik yang berlarut-larut, kalau kita selalu berpolemik bangsa ini tidak akan pernah maju. Saatnya kita berkarya untuk negeri bukan hanya kritik tanpa solusi.